Pages

Jumat, 14 Desember 2012

7 Permainan Ti Sunda

Jajangkugan


        Dalam permainan ini seorang pemain harus mampu menyeimbangkan dirinya. Permainan Jajangkungan dimainkan dengan sepasang tongkat atau galah terbuat dari kayu atau bambu. Tumpuan untuk pijakan kaki dibuat pada ketinggian 30 – 60 cm dari ujung bawah tongkat. Pemain-pemain bisa dengan serentak memainkannya secara bersamaan. Jajangkungan biasa digabungkan dengan jenis permainan lain, seperti adu lari atau sepak bola. Seringkali, penilaiannya hanya pada adu ketahanan berjalan di atas jajangkungan sambil saling menendang kaki jajangkungan lawan bermain. Pemain dinyatakan kalah apabila terjatuh.

paciwit-ciwit 


    Paciwit - ciwit Lutung dimainkan bergergu oleh 3 hingga 4 orang anak. Anak perempuan atau laki-laki bermain dengan berusaha saling mendahului mencubit (nyiwit) punggung tangan diurutan teratas sambil melantunkan kawih, Tidak ada pihak yang dinyatakan menang atau kalah. Karena memang jenis permainan ini semata-mata dilakukan hanya untuk bersenang-senang dan mengisi waktu pada malam terang bulan.

Gatrik


       
       Gatrik dimainkan oleh dua orang atau lebih secara beregu. Alat yang dimainkan adalah tongkat pemukul terbuat dari kayu dan potongan kayu sepanjang 1/4 tongkat pemukul, istilahnya disebut "anak gatrik”. Anak gatrik diletakan dilubang miring dan sempit dengan setengah panjangnya menyembul di permukaan tanah. Ujung anak gatrik dipukul dengan tongkat. Dan anak gatrik kembali dipukul sejauh-jauhnya ketika terlempar ke udara. Nah, apabila anak gatrik tertangkap lawan, maka permainannya dinyatakan kalah. Bila tidak tertangkap, jarang antara lubang dan tempat jatuhnya dihitung untuk menentukan pemenangnya.

Perepet Jengkol


      
     Perepet Jengkol dimainkan oleh 3 hingga 4 anak perempuan atau lelaki. Dimainkan dengan berdiri dan saling membelakangi sambil berpegangan tangan. Salah satu kaki saling berkaitan di arah belakang dengan berdiri sebelah kaki, pemain harus menjaga keseimbangan agar tidak terjatuh. Sambil bergerak berputar ke arah kiri atau kanan menurut aba-aba si dalang yang bertepuk tangan sambil melantunkan kawih,

Oray-orayan



   Oray-rayan dimainkan beberapa anak perempuan maupun lelaki di lapangan terbuka. Pemainnya saling memegang ujung baju bagian belakang teman yang berada di depannya untuk membentuk barisan panjang. Pemain terdepan berusaha menangkap pemain yang paling belakang yang akan menghindar, sehingga barisan bergerak meliuk-liuk seperti ular, tetapi barisan itu tidak boleh terputus dengan melantunkan kawih,

Sondah


      Sondah pada umumnya dimainkan oleh anak perempuan. Pola gambar berbentuk petak-petak berpalang dibuat di tanah. Setiap pemain memegang sepotong pecahan genteng atau batu pipih, yang kemudian dilemparkan ke dalam petak permainan. Pemain melompat-lompat dari petak ke petak berikutnya. Petak yang terdapat pecahan gentingnya tidak boleh diinjak. Pemain dinyatakan kalah jika menginjak garis petak atau bagian luar petak. Pemain pertama disebut mi-hiji, kedua mi-dua, ketiga mi-tilu, dan seterusnya





0 komentar:

Posting Komentar